Category Archives: Serba Serbi

wpid-wp-1439255569428

Paus Fransiskus Menjawab Pertanyaan Gregorius Dari Indonesia

Pada hari Jumat (7 Agustus 2015) kemarin, dalam audiensi umum di Aula St. Paulus (Roma), Bapa Suci Paus Fransiskus berkenan menerima kunjungan dari puluhan ribu Orang Muda Katolik yang berasal dari berbagai negara di dunia. Mereka tergabung dalam Gerakan Kaum Muda Untuk Ekaristi (Eucharistic Youth Movement).
Pada pertemuan itu, Bapa Suci Paus Fransiskus berkenan mendengar dan menjawab pertanyaan dari beberapa utusan 6 pemuda-pemudi dari berbagai negara, yakni Italia, Brasil, Taiwan, Prancis, Argentina, dan juga yang sangat menggembirakan ialah adanya utusan dari Indonesia untuk bertanya.
Gregorius dari Indonesia beroleh keistimewaan karena terpilih dari antara puluhan ribu pemuda-pemudi yang hadir saat itu, untuk mengajukan pertanyaan kepada Bapa Suci Paus Fransiskus.

Paus Fransiskus

Paus Fransiskus Basuh Kaki Orang Jompo dan Pria Muslim

ROMA — Dalam merayakan Kamis Putih dalam rangkaian tiga hari suci menyambut Paskah, Paus Fransiskus membasuh kaki 12 orangtua dan penyandang disabilitas, termasuk seorang Muslim berdarah Libya, Kamis (17/4/2014).

Ritual pembasuhan kaki yang dilakukan Gereja Katolik ini diyakini mengulang teladan Yesus yang membasuh kaki kedua belas muridnya pada malam terakhirnya bersama mereka.

Meski tampak kesulitan, Paus berusia 77 tahun itu membungkuk untuk mencuci, kemudian mencium kaki sembilan warga Italia dan tiga warga asing berusia 16 hingga 86 tahun di Yayasan Don Carlo Gnocchi, Roma.

Setibanya di tempat misa, Paus Fransiskus disambut ribuan orang. Dia bahkan sempat berhenti dan berbincang sejenak dengan para orangtua dan penyandang disabilitas yang memadati gereja di pinggiran kota Roma itu.

paus fransiscus

Paus Fransiskus Ulang Tahun, Undang Gelandangan Sarapan Bersama ~ 17 Desember 2013

Keterangan foto :
Paus Fransiskus berbincang dengan para gelandangan yang diundang untuk ikut sarapan pagi dan misa bersama di kediaman resmi beliau di Vatikan untuk merayakan ulang tahunnya yang ke-77, Selasa (17/12/2013). | OSSERVATORE ROMANO / AFP
VATICAN CITY, KOMPAS.com - Hari ini, Selasa (17/12/2013), adalah hari ulang tahun ke-77 Paus Fransiskus. Untuk merayakannya, Paus Fransiskus mengundang empat gelandangan untuk mengikuti misa dan sarapan pagi di Vatikan.Menurut Radio Vatikan, keempat gelandangan itu akan ikut dalam perayaan ulang tahun paus bersama staf Vatikan dan keluarga mereka.Paus Fransiskus menggelar sarapan pagi di penginapan St Martha, tempat dia tinggal sejak terpilih menjadi pemimpin umat Katolik sedunia. Sejak awal Paus Fransiskus menolak tinggal di Istana Apostolik, tempat biasanya para paus sebelumnya tinggal.

Keempat gelandangan itu adalah sebagian dari puluhan gelandangan yang biasa “menginap” di sekitar Lapangan Basilika Santo Petrus, Vatikan.

Suasana-Sidang-Tahun-KWI-Tahun-2013-a

JADILAH PEMBELA KEHIDUPAN! LAWANLAH PENYALAHGUNAAN NARKOBA!

 

 

 

 

 

 

SURAT GEMBALA KONFERENSI WALIGEREJA INDONESIA TENTANG NARKOBA

JADILAH PEMBELA KEHIDUPAN!

LAWANLAH PENYALAHGUNAAN NARKOBA!

 

Saudara-saudari terkasih dalam Tuhan,

1. Setelah mengadakan studi mengenai narkoba dengan tema “Komitmen dan Peran Nyata Gereja Katolik Indonesia dalam Menyikapi Masalah Narkoba”, kami para Uskup yang tergabung dalam Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) mengajak seluruh umat untuk membela dan mencintai kehidupan dengan memerangi narkoba. Hari studi tersebut kami adakan karena keprihatinan kami yang mendalam atas semakin luasnya penyalahgunaan narkoba di negeri kita ini. Penyalahgunaan narkoba merupakan kejahatan dan masalah sosial yang merusak sendi-sendi kehidupan baik bagi pengguna, keluarga maupun masyarakat. Terhadap kejahatan dan masalah sosial ini Gereja tidak boleh diam. Diteguhkan oleh sabda Tuhan, “Aku datang, agar mereka semua mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan” (Yoh 10:10b), kami mengajak seluruh umat melawan kejahatan sosial tersebut.

Penyalahgunaan Narkoba

2. Istilah “narkoba” merupakan kependekan dari narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif lainnya. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan. Psikotropika adalah zat atau obat baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan syarat pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Sedangkan bahan adiktif lainnya adalah bahan lain bukan narkotika atau psikotropika yang penggunaannya dapat menimbulkan ketergantungan. (Catatan: pada saatnya akan diuraikan secara lebih lengkap dalam Nota Pastoral yang akan terbit kemudian).

VATICAN-POPE-AUDIENCE

Paus Fransiskus Imbau Beli Mobil yang Sederhana

(Vatikan 7/7/2013)

Pemimpin umat Khatolik di dunia, Paus Fransiskus mengatakan (6/7), dirinya kurang menyukai para pendeta di dunia  memiliki kendaraan mewah dan menyolok perhatian. Seharusnya, mereka pilih  yang sederhana (humble). Makanya, ia meminta kepada seluruh pendeta dan biarawati muda di dunia, kembali ke ajaran baku yang fokus pada kaum miskin dan  mereka yang punya ponsel terbaru atau mobil mewah bukan jalan yang tepat menuju kebahagiaan.

“Sakit bagi saya ketika melihat pendeta atau biarawati mengendarai mobil baru. Mobil diperlukan untuk membantu pekerjaan, jadi tolong pilihlah yang sederhana. Kalau Anda menyukai mobil mewah, coba kembali pikirkan berapa banyak anak-anak di dunia ini yang masih kelaparan,” ujarnya.

Paus Fransiskus menggantikan Paus Benedictus pada Maret 2013 lalu dan terkenal sederhana. Ia lebih memilih di rumah tamu Vatikan ketimbang apartemen kepausan yang terkesan mewah dan ornamen mencolok dari kantornya. Menurut kantor berita ANSA, Paus Fransiskus memilih Ford Focus sebagai kendaraan pribadinya untuk mengantar hilir-mudik di kompleks Vatikan, Roma, Italia. (dari berbagai sumber)

paus-fransiskus

Paus Fransiskus Kecam Kebiasaan Membuang Makanan

VATICAN CITY, - Paus Fransiskus mengecam kebiasaan warga negara-negara Barat yang kerap menyisakan makanan mereka. Paus menyamakan kebiasaan itu seperti mencuri makanan dari orang miskin.

Pernyataan Paus ini merupakan bagian dari kotbahnya yang dalam rangka memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia yang dicanangkan PBB.

“Budaya membuang makanan membuat kita kehilangan sensitifitas. Kebiasaan ini sangat menjijikkan di saat banyak orang dan keluarga di seluruh dunia masih kelaparan dan kekurangan gizi,” kata Paus Fransiskus.

“Dulu, nenek moyang kita sangat berhati-hati terhadap makanan dan tak pernah menyisakan makanan yang disantap. Konsumerisme membuat kita terbiasa melihat sisa makanan yang dibuang, yang menurut kita tak bernilai,” lanjutnya.

“Membuang makanan tak ubahnya mencuri makanan dari meja orang miskin dan kelaparan,” Paus menegaskan.

Sejak terpilih menjadi pemimpin umat Katolik sedunia, Paus Fransiskus berulang kali menyerukan agar umat Katolik berbuat lebih banyak dalam membela orang miskin dan mencoba hidup lebih hemat.

Berdasarkan data dari Organisasi Pangan Dunia (WFP) setiap tahun sebanyak 1,3 miliar sisa makanan dibuang begitu saja. Jumlah ini sama dengan sepertiga dari jumlah makanan yang diproduksi dunia selama satu tahun.  (sumber : kompas.com)

Artikel Terkait :

Tanggal 05 juni 2013 merupakan Hari Lingkungan Hidup Sedunia yang ditetapkan dalam sidang umum PBB tahun 1972 silam, untuk menandai pembukaan konferensi lingkungan hidup di stockholm pada tanggal 5-16 juni 1972. Hari lingkungan hidup sedunia diperingati setiap tahun pada tanggal 5 juni untuk meningkatkan kesadaran global akan kebutuhan untuk mengambil tindakan lingkungan yang positif. hari lingkungan hidup se-dunia merupakan instrumen penting yang digunakan PBB untuk meningkatkan kesadaran tentang lingkungan dan mendorong perhatian dan tindakan politik di tingkat dunia. sebagai milik seluruh masyarakat, hari peringatan ini memberi kesempatan kepada semua orang untuk menjadi bagian aksi global dalam menyuarakan proteksi terhadap planet bumi, pemanfaatan sumber daya alam yang berkelanjutan serta gaya hidup yang ramah lingkungan.

Pada tahun ini, tema sentral yang diangkat adalah mengenai makanan. menurut Food and Agriculture Organization (FAO), setiap tahun sekitar 1,3 miliar ton makanan yang telah terbuang dan menjadi sampah. dimana gaya hidup manusia telah menyebabkan sedikitnya 1,3 miliar ton makanan terbuang percuma. padahal 1 dari 7 orang di dunia harus rela tidur dalam keadaan lapar dan lebih dari 20.000 anak di bawah usia 5 tahun meninggal setiap hari karena kelaparan.

Mengingat hal tersebut, UNEP kemudian menetapkan tema hari lingkungan hidup 2013 berupa: “Think.Eat.Save”, dengan mongolia sebagai host country perayaan. Dengan tema tersebut, UNEP mengajak semua warga dunia untuk lebih sadar akan dampak lingkungan yang diakibatkan dari pilihan jenis makanan yang dibuat ataupun dikonsumsi.


Dampak dari limbah makanan bukan hanya kerugian secara finansial saja. namun limbah makanan juga berdampak buruk bagi lingkungan. semakin banyak sisa makanan yang terbuang berarti juga semakin besar pemborosan terhadap penggunaan bahan kimia, sumber daya alam , serta makin banyak bahan bakar yang dihabiskan untuk transportasi.

Semakin banyak makanan membusuk pun akan menghasilkan lebih banyak metana, salah satu gas rumah kaca yang paling berbahaya yang berkontribusi terhadap perubahan iklim. metana mempunyai kontribusi menghasilkan gas rumah kaca 23 kali lebih besar dibanding co2. jumlah besar makanan pergi ke tempat pembuangan sampah membuat kontribusi yang signifikan terhadap pemanasan global.

Mengurangi limbah makanan, berarti juga menghemat uang, meminimalkan dampak lingkungan dari produksi pangan dan proses produksi pangan pun menjadi lebih efisien. karena jika makanan terbuang, berarti semua sumber daya dan input yang digunakan dalam produksi makanan juga ikut hilang.

beberapa fakta penting mengenai pangan dan produksi pangan:

  • 25% lahan tanah di bumi dipergunakan dalam produksi pangan
  • Produksi pangan mengonsumsi hingga 70% dari total air tawar di bumi
  • Alih fungsi hutan menjadi areal pertanian merupakan penyumbang 80% kerusakan hutan
  • Produksi pangan menjadi penyumbang 30% dari total  emisi gas rumah kaca

Maka dengan peringatan hari lingkungan hidup 2013 mari kita cermati dampak lingkungan yang diakibatkan dari pilihan jenis makanan kita. so, think.eat.save – reduce your foodprint; think before you eat and help save our environment!

Indonesia pun menyikapi tema Hari Lingkungan Hidup seDunia selaras dengan tema “Think-Eat-Save” sesuai kondisi di Indonesia.

Di Paroki Monika pun tidak mau ketinggalan, dalam rangkaian Hari Lingkungan Hidup sedunia akan diselenggarakan berbagai kegiatan lomba dan seminar bertemakan Makin Beriman Makin Peduli Lingkungan Hidup.

Mohon partisipasi dalam seminar lingkungan hidup, pada hari Minggu 9 juni 2013 jam 10.30 di aula Benedictus.
(berbagai acara Perayaan Hari Lingkungan Hidup di Paroki St. Monika di : http://serpong.santoambrosius.org/2013/05/peringatan-hari-lingkungan-hidup-st-monika-9-juni-2013/)
Dress code baju atau kaos berwarna hijau dan jangan lupa bawa tempat minuman sendiri ya.
(V Suryantono dan berbagai sumber)
komsos

Pesan Paus Untuk Hari Komunikasi Sosial Sedunia Ke-47

Pesan  Bapa Suci untuk Hari Komsos Sedunia ke-47 – 12 Mei 2013

Jejaring Sosial: Pintu  kepada Kebenaran dan Iman, Ruang Baru untuk Evangelisasi

Menjelang Hari Komunikasi Sosial Sedunia tahun 2013 ,saya ingin menyampaikan beberapa permenungan mengenai suatu kenyataan  yang  semakin penting tentang cara  manusia sezaman berkomunikasi di antara mereka. Saya ingin mencermati perkembangan jejaring sosial digital yang membantu menciptakan “agora” baru, suatu alun-alun publik tempat manusia berbagi gagasan, informasi dan pendapat, dan yang dalamnya  relasi-relasi dan bentuk-bentuk komunitas baru dapat terwujud.

Ruang-ruang tersebut – bila dimanfaatkan secara  bijak dan berimbang- membantu memajukan berbagai bentuk dialog dan debat yang, bila dilakukan dengan penuh hormat dan memerhatikan privasi, bertanggungjawab dan jujur, dapat memperkuat ikatan kesatuan di antara individu-individu dan memajukan kerukunan keluarga manusiawi secara berdaya-guna. Pertukaran informasi dapat menjadi komunikasi yang benar, relasi-relasi dapat mematangkan pertemanan, koneksi-koneksi dapat mempermudah  persekutuan.  Bila jejaring sosia terpanggil untuk mewujudkan potensi besar ini, orang-orang yang  terlibat di dalamnya harus berupaya menjadi otentik , karena di dalam ruang itu,  orang tidak hanya berbagi gagasan dan informasi, tetapi pada akhirnya orang mengkomunikasikan dirinya sendiri.

Perkembangan jejaring sosial menuntut komitmen:  orang melibatkan diri di dalamnya untuk membangun relasi dan menjalin persahabatan, mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan dan  mencari hiburan, tetapi juga dalam menemukan dorongan intelektual serta berbagi pengetahuan dan keterampilan. Jejaring sosial semakin menjadi bagian dari tatanan masyarakat sejauh menyatukan orang dengan berpijak pada kebutuhan dasar. Jejaring sosial dengan demikian terpelihara oleh aspirasi yang  tertanam dalam hati manusia.

Budaya jejaring sosial dan perubahan dalam sarana  dan gaya berkomunikasi membawa tantangan bagi mereka yang ingin berbicara tentang kebenaran dan nilai. Seringkali, sama halnya dengan sarana-sarana komunikasi sosial yang lain, makna dan efektifitas berbagai bentuk ekspresi nampaknya lebih ditentukan oleh popularitasnya ketimbang kepentingan hakiki dan nilainya. Pada gilirannya, popularitas seringkali lebih melekat pada ketenaran ataupun strategi persuasi  daripada  logika argumentasi. Kadangkala suara lembut dari pikiran dikalahkan oleh membludaknya informasi yang berlebihan dan gagal menarik perhatian pada apa yang disampaikan kepada orang yang mengungkapkan diri secara lebih persuasif. Dengan demikian, media sosial membutuhkan  komitmen dari semua orang yang menyadari nilai dialog, debat rasional dan argumentasi logis dari orang-orang yang berusaha keras membudidayakan bentuk-bentuk wacana dan pengungkapan  yang menggerakkan aspirasi luhur dari orang-orang yang terlibat dalam proses komunikasi. Dialog dan debat dapat juga berkembang dan bertumbuh ketika kita berbicara  dengan dan sungguh-sungguh  menghargai orang-orang yang gagasan-gagasannya berbeda dengan  kita. “Mengingat kenyataan keragaman budaya, perlulah memastikan bahwa  manusia  bukan saja mengakui keberadaan budaya orang lain tetapi juga bercita-cita diperkaya olehnya dan menghargai segala yang baik, benar dan indah”( Pidato pada Pertemuan dengan Dunia Budaya, Belem, Lisabon, 12 Mei 2010).

Tantangan yang dihadapi oleh jejaring sosial adalah bagaimana benar-benar menjadi inklusif: dengan demikian mereka memperoleh manfaat dari peran serta  penuh dari orang-orang beriman yang ingin berbagi amanat Yesus dan nilai martabat manusia yang dikemukakan melalui pengajaran-Nya. Kaum beriman semakin menyadari bahwa  kalau Kabar Baik tidak diperkenalkan juga di dalam dunia digital, ia akan hilang dalam pengalaman banyak orang yang menganggap ruang eksistensial ini penting. Lingkungan digital bukanlah sebuah dunia paralel  atau murni virtual, tetapi merupakan bagian dari pengalaman keseharian banyak orang teristimewa kaum muda. Jejaring sosial adalah hasil  interaksi manusia akan tetapi pada gilirannya, ia memberikan bentuk baru terhadap dinamika komunikasi yang membangun relasi: oleh karena itu pemahaman yang mendalam tentang lingkungan ini merupakan prasyarat untuk suatu kehadiran yang bermakna.

Kemampuan untuk menggunakan bahasa baru dituntut,  bukan terutama untuk menyesuaikan diri dengan gaya hidup sezaman, tetapi justru untuk memampukan kekayaan tak terbatas dari Injil menemukan bentuk-bentuk pengungkapan yang mampu menjangkau pikiran dan hati semua orang.  Di dalam lingkungan digital, perkataan tertulis sering disertai dengan gambar dan suara. Komunikasi yang efektif seperti yang terungkap dalam perumpamaan Yesus memerlukan pelibatan imaginasi dan kepekaan emosional  mereka yang ingin kita ajak untuk berjumpa dengan misteri kasih Allah.  Disamping itu kita mengetahui bahwa tradisi Kristiani selalu kaya akan tanda dan simbol: Saya berpikir, misalnya, salib, ikon, Patung Perawan Maria, kandang natal, jendela kaca berwarna-warni dan lukisan-lukisan di dalam gereja kita. Suatu bagian bernilai dari khazanah artistik umat manusia telah diciptakan oleh para seniman  dan musisi yang berupaya untuk mengungkapkan kebenaran iman.

Dalam jejaring sosial,  orang beriman menunjukkan kesejatiannya dengan berbagi sumber terdalam dari harapan dan kegembiraan mereka: iman kepada Allah pengasih dan penyayang yang terungkap dalam Kristus Yesus.  Wujud berbagi ini tidak hanya terdiri dari ungkapan iman yang eksplisit, tetapi juga dalam kesaksian mereka, dalam cara  mereka mengkomnikasikan “pilihan, preferensi, penilaian yang sungguh sesuai dengan Injil, bahkan bila tidak disampaikan secara ekspisit” (Pesan untuk Hari Komunikasi Sedunia 2011). Suatu cara yang secara khusus bermakna dengan memberikan kesaksian  serupa terjadi melalui kerelaan untuk mengorbankan diri kepada orang lain seraya menanggapi pertanyaan dan keraguan  mereka dengan sabar dan penuh hormat tatkala mereka mencari  kebenaran dan makna eksistensi manusia. Dialog yang berkembang dalam jejaring sosial tentang iman dan kepercayaan menegaskan penting dan relevannya agama di dalam debat publik dan dalam kehidupan masyarakat. Bagi mereka yang telah menerima  karunia iman dengan hati yang terbuka, jawaban yang paling radikal akan pertanyaan manusia tentang kasih, kebenaran dan makna hidup- pertanyaan – pertanyan serupa yang tentu tidak absen dari jejaring sosial – ditemukan dalam pribadi Yesus Kristus. Wajar  bahwa mereka yang memiliki iman  ingin berbagi dengan orang yang mereka jumpai dalam forum digital dengan rasa hormat dan bijaksana. Namun pada akhirnya, jika upaya kita untuk berbagi Injil menghasilkan buah yang baik,  hal itu selalu dikarenakan oleh kekuatan sabda Allah itu sendiri yang menyentuh hati banyak orang mendahului segala usaha dari pihak kita. Percaya pada kekuatan karya Allah harus selalu lebih besar daripada kerpecayaan apa saja yang kita letakan pada  sarana-sarana manusia.  Dalam ruang lingkup digital, juga, dimana suara yang tajam dan memecahbelah dibesar-besarkan  dan  dimana sensasionalisme menang,  kita diundang untuk berlaku arif, penuh kehati-hatian. Dalam hal ini hendaklah kita ingat bahwa Eliyah mengenal suara Allah tidak dalam angin yang besar dan kuat, tidak melalui gempa bumi dan api tetapi dalam hembusan angin  sepoi-sepoi” (1 Raj 19:11-12). Kita perlu percaya bahwa  kerinduan mendasar manusia untuk mengasihi dan dikasihi  dan untuk menemukan makna dan kebenaran -sebuah kerinduan yang Allah sendiri tanamkan dalam hati setiap laki-laki dan perempuan-  menetap di zaman kita ini,   selalu dan setidak-tidaknya terbuka kepada apa yang Beato Kardinal Newmann sebut ‘ cahaya ramah’ dari iman.

Jejaring sosial, dengan menjadi sarana  Evangelisasi dapat juga menjadi faktor dalam pembangunan manusia. Sebagai contoh, dalam konteks geografis dan budaya dimana orang Kristiani merasa terisolasi,  jejaring sosial dapat memperkuat  rasa kesatuan nyata dengan komunitas kaum beriman di seluruh dunia. Jejaring sosial mempermudah orang berbagi sumber-sumber rohani dan liturgi, menolong orang untuk berdoa dengan perasaan kedekatan  bersama mereka yang mengaku iman yang sama. Suatu keterlibatan yang sejati dan interaktif dengan pertanyaan dan keraguan dari mereka yang berada  jauh dari iman seharusnya membuat kita merasa perlu untuk memelihara iman kita  melalui doa dan permenungan, iman akan Allah serta amal kasih kita: ” Walaupun saya berbicara dengan bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi apabila aku tidak mempunyai kasih, aku adalah gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing”. (1 Kor 13:1)

Di dalam dunia digital terdapat jejaring-jejaring sosial yang memberikan peluang-peluang sezaman untuk berdoa, meditasi, dan berbagi firman Allah. Akan tetapi jejaring sosial itu dapat juga membuka pintu terhadap dimensi lain dari iman. Banyak orang benar-benar menemukan, tepatnya berkat kontak awalnya di internet, pentingnya pertemuan langsung, pengalaman komunitas-komunitas dan  bahkan peziarahan, unsur-unsur yang  senantiasa penting dalam perjalanan iman. Dalam upaya untuk membuat Injil hadir dalam dunia digital, kita dapat mengundang orang untuk datang bersama-sama untuk berdoa dan perayaan liturgi di tempat-tempat tertentu seperti gereja dan kapel. Seharusnya tidak  kekurang kobersamaan atau kesatuan dalam pengungkapan iman kita dan dalam memberikan kesaksian tentang Injil di dalam realitas apa saja dimana kita hidup entah itu fisik atau digital. Kita  kita berada bersama orang lain, selalu dan dengan cara apapun, kita dipanggil untuk memperkenalkan kasih Allah hingga ujung  bumi.

Saya berdoa agar Roh Allah mendampingi dan senantiasa menerangi kamu, dan dengan seggenap hati saya memberkati kamu sekalian, agar kamu benar-benar mampu menjadi bentara-bentara  dan saksi-saksi Injil.” Pergilah ke seluruh dunia, beritakan Injil kepada segala mahkluk” (Mrk 16:15)

Vatikan, 24 Januari 2013

Pesta Santo Frasiskus de Sales

BENEDICTUS XVI

Pesan Bapa Suci Untuk Hari Doa Panggilan Sedunia ke 50

Tema:

Panggilan Sebagai Suatu Tanda Harapan Berdasarkan Iman

Hari Minggu Paskah IV - 21 April 2013

Saudara-saudari yang terkasih.
Pada kesempatan Hari Doa Sedunia Untuk Panggilan Ke-50, yang dirayakan pada tanggal 21 April 2013, Hari Minggu IV Paskah, saya ingin mengajak Anda semua untuk merenungkan tema: “Panggilan Sebagai Suatu Tanda Harapan Berdasarkan Iman”, yang kebetulan terjadi pada Tahun Iman, yang menandai tahun ke-50 dimulainya Konsili Vatikan II. Ketika Konsili Vatikan II sedang berlangsung, Hamba Allah, Paus Paulus VI, menyatakan hari itu sebagai hari doa seluruh dunia kepada Allah Bapa, memohon kepada-Nya agar selalu mengutus para pelayan bagi Gereja-Nya(bdk. Mat.9:38). “Hal memiliki jumlah imam yang cukup”, demikian pernyataan Paus pada waktu itu, “berdampak langsung pada seluruh umat beriman: bukan semata-mata karena mereka bergantung pada jumlah imam tersebut terkait dengan masalah rohani umat Kristen di masa depan, melainkan karena persoalan ini menjadi indikator yang tepat dan tak dapat dihindari tentang dinamika kehidupan iman dan kasih dari setiap jemaat  paroki dan keuskupan, sekaligus menjadi bukti kesehatan moral dari keluarga-keluarga Kristen. Di mana dapat ditemukan banyak panggilan imam dan hidup bakti, di sana terdapat banyak orang yang menghayati Injil dengan tulus” (Paus Paulus VI, Pesan Radio, 11 April 1964).
Selama beberapa dekade, berbagai jemaat Kristen di seluruh dunia berkumpul setiap tahunnya pada Hari Minggu IV Paskah, mereka bersatu dalam doa, memohon kepada Tuhan anugerah panggilan suci dan minta  sekali lagi, sebagai bahan renungan bagi semua orang, betapa mendesak kebutuhan untuk menanggapi panggilan Illahi tersebut. Sungguh, peristiwa tahunan ini begitu penting dan meneguhkan suatu komitmen yang kuat untuk menempatkan betapa semakin pentingnya panggilan imam dan hidup bakti di tengah spiritualitas, doa dan karya pastoral umat beriman.
Harapan adalah penantian terhadap sesuatu yang positif di masa yang akan datang, namun pada saat yang sama harus dapat menopang  keberadaan kita saat ini, yang sering kali ditandai oleh aneka ketidak-puasan dan kegagalan. Lantas didasarkan pada apakah harapan tersebut? Kalau menengok sejarah umat Israel, sebagaimana dikisahkan dalam Perjanjian Lama, kita melihat suatu hal yang selalu muncul secara konstan, khususnya pada masa-masa sulit seperti pada Masa Pembuangan, khususnya suatu hal yang ditemukan dalam tulisan-tulisan para Nabi, yaitu kenangan akan janji-janji Allah kepada para bapa bangsa: suatu kenangan yang mengajak kita untuk mengikuti teladan sikap Abraham, sebagaimana diperingatkan oleh Santo Paulus, “percaya, meskipun tidak ada dasar untuk berharap, bahwa dia akan menjadi ‘bapa banyak bangsa’, menurut apa yang telah dikatakan, ‘Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu’” (Rom.4:18). Suatu kebenaran yang menghibur dan menerangi, yang muncul dalam seluruh sejarah keselamatan, tidak lain adalah kesetiaan Allah terhadap perjanjian yang telah Dia buat, membaharuinya bila manusia melanggarnya melalui ketidak-setiaan dan dosa mereka, sejak jaman Air Bah (bdk. Kej. 8: 21-22)hingga jaman Keluaran dan perjalanan melalui padang gurun (bdk. Bil. 9:7). Kesetiaan yang sama tersebut telah membawa Allah kepada meterai perjanjian baru dan kekal dengan manusia, melalui darah Putera-Nya, yang telah wafat dan bangkit kembali demi keselamatan kita.
Setiap saat, khususnya pada saat-saat yang paling sulit, kesetiaan Tuhan selalu menjadi kekuatan pengendali yang sejati sejarah keselamatan, yang membangkitkan hati pria dan wanita dan meneguhkan mereka dalam harapan bahwa pada suatu hari nanti akan mencapai “tanah terjanji”. Di sinilah kita menemukan dasar yang pasti dari setiap harapan: Allah tidak pernah meninggalkan kita dan Dia selalu benar terhadap Sabda-Nya. Karena alasan inilah, maka dalam setiap situasi, baik yang menguntungkan maupun yang tidak menguntungkan, kita dapat menghidupi suatu harapan yang teguh dan bersama dengan pemazmur berdoa: “Hanya pada Allah saja kiranya aku tenang; sebab dari pada-Nyalah harapanku” (Mzm. 62:6). Oleh karena itu, memiliki harapan berarti sama dengan percaya kepada Tuhan yang adalah setia, yang selalu memelihara perjanjian-Nya. Dengan demikian, iman dan harapan berkaitan erat. “Harapan” adalah sebuah kata kunci dalam iman alkitabiah, sehingga dalam perikop-perikop tertentu, kata “iman” dan “harapan” nampak jelas digunakan secara bergantian. Dengan cara ini pula, maka Surat Ibrani menampilkan hubungan yang langsung antara “pengakuan akan harapan yang teguh” (10:23) dengan “kepenuhan iman” (10:22).Hal yang sama, ketika Surat Pertama Rasul Petrus mendesak orang-orang Kristen agar selalu siap untuk menyambut “logos” – arti dan alasan – harapan mereka (bdk. 3:15), “harapan” adalah sama dengan “iman” (Spe Salvi, 2).
Saudara-saudari yang terkasih, apa sebenarnya kesetiaan Tuhan itu dan kepada siapakah kita meletakkan harapan yang kokoh tak tergoyahkan itu? Tidak lain adalah Kasih-Nya. Dia, Bapa, mencurahkan Kasih-Nya ke dalam lubuk hati kita yang terdalam melalui Roh Kudus (bdk. Rom. 5:5).Dan Kasih Allah tersebut dinyatakan secara penuh dalam diri Yesus Kristus, yang terlibat dalam keberadaan kita dan menuntut suatu jawaban dalam arti apa yang dapat dilakukan oleh setiap individu dalam hidupnya sebagai pria maupun wanita dan apa yang dapat dia persembahkan untuk menghayati Kasih Allah tersebut secara penuh. Kasih Allah kadang-kadang hadir melalui cara-cara yang tidak pernah dibayangkan oleh seseorang sebelumnya, tetapi selalu dapat menjangkau orang-orang yang memang mau dijumpai oleh Kasih Allah tersebut. Harapan semacam itu dipelihara dengan kepastian ini, “Kita telah mengenal dan telah percaya akan Kasih Allah kepada kita” (1 Yoh. 4:16). Kasih Allah yang begitu dalam dan menuntut ini, Kasih Allah yang meresap secara sempurna di bawah permukaan, memberi kita keberanian. Kasih Allah ini memberi kita harapan dalam peziarahan hidup kita dan di masa yang akan datang. Kasih Allah yang membuat kita percaya dalam diri kita, dalam sejarah dan dalam diri orang-orang lain. Saya ingin berbicara secara khusus kepada kaum muda dan saya katakan sekali lagi kepadamu: “Akan menjadi apakah hidupmu kalau tanpa Kasih Allah? Allah memelihara pria dan wanita sejak penciptaan hingga akhir zaman, ketika Dia akan membawa rencana keselamatan sampai kepada kepenuhannya. Di dalam Tuhan yang bangkit, kita memiliki harapan yang pasti” (Sambutan kepada kaum muda Keuskupan San Marino, Montefeltro, 19 Juni 2011).
Sebagaimana telah Dia lakukan selama hidup-Nya di dunia, demikian juga saat ini Yesus yang telah bangkit berjalan menyusuri lorong-lorong kehidupan kita dan melihat kita yang tenggelam dalam berbagai aktivitas dengan segala keinginan dan kebutuhan kita. Di tengah situasi lingkungan kehidupan kita, Dia terus berbicara kepada kita: Dia memanggil kita agar kita menghayati kehidupan bersama dengan Dia, karena hanya Dia-lah yang mampu memuaskan dahaga akan harapan tersebut. Dia tinggal di tengah komunitas para murid, yaitu Gereja, dan hingga hari ini Dia masih memanggil orang-orang untuk mengikuti Diri-Nya. Panggilan dapat muncul setiap saat. Hari ini juga Yesus terus-menerus berkata: “Datanglah ke mari, ikutilah Aku” (Mrk. 10:21). Menerima undangan-Nya berarti tidak lagi memilih jalan kita sendiri. Mengikuti Dia berarti membenamkan kehendak kita ke dalam kehendak Yesus, sungguh-sungguh mengistiwekan Dia, membanggakan Dia dalam setiap bidang kehidupan: dalam keluarga, dalam pekerjaan, dalam kepentingan-kepentingan pribadi dan dalam diri kita sendiri. Ini berarti menyerahkan hidup kita kepada-Nya, hidup dalam kemesraan bersama dengan Dia dan melalui Dia, kita memasuki persekutuan dengan Bapa dalam Roh Kudus, dan dengan demikian juga – konsekuensinya – bersama dengan saudara dan saudari sekalian. Persekutuan hidup bersama Yesus adalah suatu “pengaturan” (setting) istimewa di mana dalam persekutuan tersebut, kita boleh mengalami harapan dan dalam harapan tersebut, hidup kita menjadi penuh dan bebas.
Panggilan imamat dan hidup bakti lahir dari pengalaman personal perjumpaan dengan Kristus, berkat dialog dengan Dia secara rahasia dan tulus, yang berarti memasuki ke dalam kehendak-Nya. Oleh karena itu sangatlah perlu tumbuh dalam pengalaman iman, mengenal suatu relasi yang mendalam dengan Yesus, memberi perhatian secara rohani terhadap suara-Nya yang hanya bisa diperdengarkan dalam lubuk hati kita. Proses ini, yang memungkinkan kita dapat menaggapi panggilan Allah secara positif, sangat mungkin terjadi dalam jemaat-jemaat Kristen di mana iman dihayati secara intens, di mana kesaksian yang baik diberikan oleh mereka yang menyandarkan diri kepada Injil, di sanalah hadir makna perutusan yang kuat, yang menghantar orang untuk mempersembahkan diri secara total demi Kerajaan Allah, yang dihidupi dengan penerimaan sakramen-sakramen, khususnya Sakramen Ekaristi dan hidup doa yang kuat. Poin yang terakhir ini, “di satu sisi harus menjadi sesuatu yang sangat personal, suatu perjumpaan yang mesra antara diriku dengan Allah. Tetapi di sisi lain, harus secara terus-menerus dibimbing dan diterangi oleh doa-doa Gereja dan oleh doa-doa para kudus, dan oleh doa liturgis sebagaimana telah berulang kali Tuhan Yesus ajarkan bagaimana kita harus berdoa secara benar” (Spe Salvi, 34).

Doa yang mendalam dan terus-menerus akan menghasilkan pertumbuhan iman jemaat Kristiani, menghasilkan suatu kepastian yang secara terus-menerus diperbaharui bahwa Allah tidak pernah meninggalkan umat-Nya, sebaliknya Dia sanantiasa meneguhkan umat-Nya  dengan membangkitkan aneka panggilan khusus – panggilan imamat dan hidup bakti – agar mereka menjadi tanda harapan bagi dunia. Sesungguhnya, para imam dan kaum religius dipanggil untuk menyerahkan dirinya secara total tanpa syarat bagi umat Allah, dalam pelayanan kasih demi Injil dan Gereja, suatu pelayanan yang dapat meneguhkan harapan yang berasal hanya dari keterbukaan diri kepada Yang Illahi. Oleh karena itu, dengan bantuan para saksi iman dan semangat kerasulan mereka, mereka dapat memeneruskan, khususnya kepada gererasi muda, suatu keinginan yang kuat untuk menanggapi Kristus yang memanggil mereka secara tulus dan tanpa halangan untuk mengikuti Dia secara lebih erat. Kapan saja seorang murid Yesus menerima panggilan Illahi untuk membaktikan dirinya bagi pelayanan imamat atau hidup bakti, itu berarti dia memberi suatu kesaksian tentang salah satu hasil buah yang paling masak dari jemaat Kristen, yang membantu kita untuk melihat dengan iman dan harapan secara istimewa masa depan Gereja dan komitmennya terhadap tugas pengijilan. Tugas ini memerlukan para pekerja yang baru untuk mewartakan Injil, untuk merayakan Ekaristi dan Sakramen Rekonsiliasi. Jadi, semoga ada banyak imam yang komit, yang mengerti bagaimana harus mendampingi anak-anak muda sebagai “sahabat dalam perjalanan”, membantu mereka dalam hidup yang penuh dengan penderitaan dan kesukaran, membantu mereka mengenal Kristus sebagai Jalan, Kebenaran dan Hidup (bdk. Yoh. 14:6), sembari mengatakan kepada mereka bahwa dengan kekuatan Injil, sungguh betapa indahnya melayani Allah, jemaat Kristiani, dan melayani saudara-saudari. Semoga ada imam-imam yang menghasilkan buah secara melimpah berkat komitmen mereka yang penuh antusias, yang berarti menujukkan kematangan hidup mereka, karena didasarkan pada iman akan Kristus yang lebih dahulu telah mengasihi kita (bdk. 1 Yoh. 4:19).

Demikian juga, saya berharap bahwa anak-anak muda, yang telah dipenuhi oleh berbagai pilihan remeh dan tidak penting, akan mampu menggali suatu keinginan terhadap apa yang sungguh-sungguh berharga, demi tujuan-tujuan yang mulia, pilihan-pilihan yang radikal, pelayanan demi banyak orang dalam mengikuti Yesus. Yang terkasih anak-anak muda, janganlah takut mengikuti Dia dan berjalan menyusuri jalan-jalan kasih yang menuntut suatu keberanian dan komitmen yang tulus. Dengan cara tersebut, kamu akan senang melayani, kamu akan menjadi saksi suatu suka-cita yang tidak bisa diberikan oleh dunia, kamu akan menjadi nyala yang hidup dari kasih yang kekal-abadi dan tak terpermanai, kamu akan belajar “memberi suatu pengharapan yang ada padamu” (1 Pet. 3:15)!
Dari Vatikan, 6 Oktober 2012
Paus Benediktus XVI
sumber :
vatican

Virtual Tour of Vatican

Ingin berkunjung ke Vatican..?

Ini adalah tour di Vatican secara virtual. Kita bisa menyaksikan semua sudut dari Vatican melalui komputer kita.

Dengan menggerakan mouse/cursor ke kiri/kanan, atas/bawah dan mendekatkan/menjauhkan, serasa kita berada di Vatican, juga disertai music instrumental yang bagus.

Silahkan klik link berikut :

http://www.vatican.va/various/basiliche/san_giovanni/vr_tour/index-en.html

Pope Francis greets diplomats during audience at Vatican

Pesan Paus Pada Korps Diplomat Asing, 22 Maret 2013

Vatikan Kota, 22 Maret 2013 (VIS) -

“Melalui Anda saya jumpai masyarakat Anda, dan dengan demikian dalam arti saya bisa menjangkau setiap warga negara sesama, dengan kebahagiaan mereka, masalah mereka, harapan mereka, keinginan mereka,” kata Bapa Suci pagi ini kepada anggota korps diplomatik terakreditasi untuk Takhta Suci yang ia terima di penonton di Regia Sala dari Istana Apostolik Vatikan.

Saat ini, 180 Negara mempertahankan hubungan diplomatik penuh dengan Tahta Suci, yang jumlah juga menambahkan Uni Eropa, Orde Militer Sovereign of Malta, dan misi yang bersifat khusus: Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), yang dipimpin oleh direktur. Negara terbaru untuk menjalin hubungan diplomatik dengan Takhta Suci, pada tingkat dari kedutaan Apostolik, adalah Republik Sudan Selatan pada tanggal 22 Februari tahun ini.

Berbicara dalam bahasa Italia, yang pertama Paus disambut dekan korps diplomatik, Jean-Claude Michel dari Kerajaan Monaco, dan kemudian menyatakan bahwa hubungan bahwa begitu banyak negara menjaga dengan Takhta Suci “benar-benar menjadi sumber manfaat bagi umat manusia. Artinya, memang, adalah apa yang penting bagi Takhta Suci: kebaikan setiap orang di bumi ini! Dan itu adalah dengan pemahaman ini bahwa Uskup Roma embarks pada pelayanannya, dalam pengetahuan bahwa ia bisa mengandalkan persahabatan dan kasih sayang dari negara Anda mewakili, dan kepastian bahwa Anda berbagi tujuan ini. Pada saat yang sama, saya berharap bahwa hal itu juga akan menjadi kesempatan untuk memulai perjalanan dengan mereka beberapa negara yang belum memiliki hubungan diplomatik dengan Takhta Suci, beberapa di antaranya hadir di Misa untuk awal pelayanan saya, atau mengirim pesan sebagai tanda kedekatan mereka-yang saya benar-benar bersyukur. ”

Melanjutkan, Bapa Suci menjelaskan alasan mengapa ia memilih nama kepausannya, memikirkan St Fransiskus dari Asisi, “sosok familiar jauh melampaui perbatasan Italia dan Eropa, bahkan di antara mereka yang tidak memeluk iman Katolik. Salah satu alasan pertama adalah cinta Francis ‘bagi kaum miskin. Berapa banyak orang miskin masih ada di dunia! Dan apa penderitaan besar yang mereka miliki untuk bertahan! Setelah contoh Fransiskus dari Asisi, Gereja di setiap sudut dunia selalu berusaha untuk merawat dan menjaga orang-orang yang menderita inginkan, dan saya berpikir bahwa di banyak negara, Anda bisa membuktikan aktivitas dermawan Kristen yang mendedikasikan diri untuk membantu, anak yatim sakit, tunawisma dan semua terpinggirkan, sehingga berusaha untuk membuat masyarakat yang lebih manusiawi dan lebih adil. ”

“Tapi ada bentuk lain dari kemiskinan”, ia mengamati. “Ini adalah kemiskinan rohani zaman kita, yang menimpa yang disebut negara-negara kaya sangat serius. Ini adalah apa yang banyak digemari pendahulu saya, Benediktus XVI, yang disebut ‘tirani relativisme’, yang membuat semua orang kriteria sendiri dan membahayakan koeksistensi masyarakat. Dan itu membawa saya ke alasan kedua untuk nama saya. Fransiskus dari Assisi mengatakan bahwa kita harus bekerja untuk membangun perdamaian. Tetapi tidak ada kedamaian sejati tanpa kebenaran! Tidak mungkin ada kedamaian sejati jika semua orang adalah kriteria sendiri, jika semua orang selalu dapat mengklaim secara eksklusif hak sendiri, tanpa pada saat yang sama merawat kebaikan orang lain, semua orang, atas dasar sifat yang menyatukan setiap manusia ini bumi. ”

“Salah satu judul dari Uskup Roma adalah ‘Paus’, yaitu, pembangun jembatan, dengan Allah dan antara orang-orang. Harapan saya adalah bahwa dialog antara kami harus membantu untuk membangun jembatan yang menghubungkan semua orang, sedemikian rupa sehingga setiap orang dapat melihat dalam musuh tidak lain suatu, bukan saingan, tetapi saudara atau saudari harus disambut dan dipeluk! Asal saya sendiri impel saya bekerja untuk membangun jembatan. Seperti yang Anda ketahui, keluarga saya adalah asal Italia, dan jadi ini dialog antara tempat dan budaya jarak yang jauh terpisah penting besar terhadap saya, ini dialog antara salah satu ujung dunia dan lainnya, yang saat ini tumbuh semakin dekat, lebih saling bergantung, lebih membutuhkan kesempatan untuk bertemu dan untuk menciptakan ruang nyata persaudaraan otentik. ”

Mengulangi bahwa peran agama merupakan hal mendasar untuk tugas ini, Francis menegaskan bahwa: “Hal ini tidak mungkin untuk membangun jembatan antara orang-orang sementara melupakan Allah. Tetapi sebaliknya juga benar: tidak mungkin untuk menjalin hubungan yang benar dengan Tuhan, sementara mengabaikan orang lain. Oleh karena itu penting untuk mengintensifkan dialog antar berbagai agama, dan aku berpikir terutama dialog dengan Islam. Pada Misa menandai awal pelayanan saya, saya sangat menghargai kehadiran para pemimpin sipil dan agama begitu banyak dari dunia Islam. Dan juga penting untuk mengintensifkan menjangkau non-beriman, sehingga perbedaan yang membagi dan menyakiti kita mungkin tidak pernah menang, melainkan keinginan untuk membangun hubungan sejati persahabatan antara semua bangsa, meskipun keragaman mereka. ”

“Memerangi kemiskinan, baik material maupun spiritual, perdamaian dan jembatan membangun: ini, seolah-olah, merupakan titik acuan untuk sebuah perjalanan yang saya ingin mengundang masing-masing negara diwakili di sini untuk mengambil. Tapi itu adalah perjalanan yang sulit, jika kita tidak belajar untuk bertumbuh dalam kasih untuk dunia kita. Di sini juga, itu membantu saya untuk memikirkan nama Francis, yang mengajarkan kita penghormatan yang mendalam terhadap seluruh ciptaan dan perlindungan lingkungan kita, yang terlalu sering, daripada menggunakan untuk kebaikan, kita mengeksploitasi rakus, satu sama lain merugikan. ”

“Terima kasih sekali lagi,” kata Paus, “untuk semua pekerjaan yang Anda lakukan, di samping Sekretariat Negara, untuk membangun perdamaian dan membangun jembatan persahabatan dan persaudaraan. Melalui Anda, saya ingin memperbaharui ke Pemerintah Anda terima kasih atas partisipasi mereka dalam perayaan pada kesempatan pemilu saya, dan keinginan tulus saya untuk usaha bersama berbuah. May Allah swt mencurahkan rahmat-Nya pada setiap salah satu dari kalian, pada keluarga Anda dan orang-orang yang Anda wakili. Terima kasih! ”

sumber : http://www.news.va/en/news/pope-to-diplomatic-corps-as-pontiff-i-hope-that-di