Renungan Harian Senin, 25 Maret 2013

Bacaan:

  • Yes. 42:1-7;
  • Mzm. 27:1,2,3,13-14;
  • Yoh. 12:1-11

 Renungan:

Pertanyaan Yudas seolah punya kepedulian besar terhadap kaum miskin saat melihat Maria Magdalena meminyaki kaki Yesus dengan narwastu yang mahal. Maka dia ditegur Yesus: “Biarkanlah dia melakukan hal ini mengingat hari penguburanKu. Karena orang-orang miskin selalu ada pada kamu, tetapi Aku tidak akan selalu ada pada kamu.” Kitapun sering berpikiran seperti Yudas seolah kita memikirkan, bahkan melakukan kebaikan namun sebenarnya kita jauh dari perkara dan apa yang dikehendaki Tuhan.

Narwastu adalah minyak nan sangat harum dengan aroma yang manis seperti permen. Harumnya semerbak, sering diurapkan pada batu tempat jenazah Yesus dibaringkan dan dimakamkan, di Yerusalem. Layaklah para peziarah  menghamburkan narwastu sebagai tanda syukur atas cinta Tuhan. Cinta Tuhan senantiasa mewangi pada kita tak sebanding harum Narwastu, sehingga manusia tidak mampu mencari perbandingan yang pantas untuk meluhurkan Tuhan.

Keharuman yang pantas yang mesti kita gali adalah sumber narwastu yang ada disumur nurani kita. Di sanalah ada kemanisan Tuhan yang harus kita bagikan kepada sesama, agar sesama kita mengenal dan merasakan kebaikan Tuhan, lewat pikiran, tutur kata, perbuatan kita yang baik dan benar yang mendekatkan mereka pada Tuhan.

 
(Renungan Harian 2013, yayasan Pustaka Nusatama, Yogyakarta)

sumber : mirifica.net

One Response to Renungan Harian Senin, 25 Maret 2013

  1. Antonius Haris says:

    Hati dan Harta untuk Tuhan Kita

    Kiunga, Papua New Guinea = “Biarkanlah dia melakukan hal ini mengingat hari penguburan-Ku.
    Karena orang-orang miskin selalu ada pada kamu, tetapi Aku tidak akan selalu ada pada kamu.”

    Setengah kati minyak narwastu murni yang mahal harganya,
    dipakai oleh Maria untuk meminyaki kaki Yesus.
    Ia menyeka kakiNya dengan rambutnya dan bau minyak itu semerbak di seluruh sudut rumah.
    Begitulah cara Maria menghormati Tuhannya.
    Dan Yesus mengertinya secara lebih dalam pula.
    Lain lagi pemahaman Yudas Iskariot.
    Ketiganya punya persepsi yang tak sama.

    Bagi Yesus tindakan Maria tidak sekedar sebuah pemborosan, melainkan penghormatan.
    Maria melakukan itu sebagai peringatan akan hari penguburanNya yang akan tiba.
    Maria tidak sedang berfoya-foya, melainkan memakai kepunyaannya untuk Tuhan.
    Untuk Tuhan bukan dari kelebihan dan kekurangan apalagi sekedar sisa-sisa.
    Untuk Tuhan harus sesuatu yang istimewa dan berharga.
    Maria sedang menghormati Tuhannya
    Dengan minyak narwastu murni
    yang mahal harganya.

    Namun apa yang ada dalam pikiran Yudas Iskariot, sang pencuri yang menjadi bendahara kawanan ini?
    Dia memiliki persepsi yang jauh berbeda dari Maria dan Yesus tentang tindakan Maria ini.
    Yang ada dalam otaknya hanyalah uang dan uang semata.
    Kalaupun ada pikiran yang baik muncul di kepalanya,
    Itu hanyalah sekedar kamuflase belaka.

    Di mana-mana, pada umumnya bendahara dan ekonom tidak disukai oleh banyak orang.
    Kesan umum yang muncul adalah mereka itu rata-rata pelit, dan suka berbelit-belit.
    Maunya pegang banyak duit, tapi kalau diminta, keluarnya sedikit-sedikit.
    Lebih parah lagi, mereka suka berdalih dengan aneka argumentasi.
    Sama seperti Yudas dalam bacaan Injil hari ini.
    “Mengapa minyak narwastu ini tidak dijual tiga ratus dinar
    dan uangnya diberikan kepada orang-orang miskin?”

    Nah, kita memilih bersikap seperti apa dalam memandang uang yang kita punya?
    Apakah seperti Maria?
    Yang tidak pernah melihat nilai material dari harta benda dan uang,
    sebab itu semua ia berikan secara istimewa untuk Tuhan.
    Ataukah kita seperti Yudas Iskariot?
    Yang berusaha menyimpan dan mengambil banyak uang sekalipun itu bukan miliknya sendiri.
    Yang berusaha pula mencari pembenaran suci di balik ambisi pribadi.
    Apakah kita seperti Maria?
    Yang mengistimewakan Tuhan dengan kepunyaannya yang berharga.
    Ataukah kita hanya bisa berfoya-foya demikian kebutuhan manusiawi kita sendiri?
    Misalnya saja dengan membeli ini dan itu demi gengsi kepada sesama kita.
    +++

    Saudara terkasih,
    Hormatilah Tuhan dengan hati dan harta
    Tapi bukan sekedar itu, melainkan dengan hati yang murni dan harta yang berharga.

    Bukan hati yang terikat pada harta dan bukan pula harta yang diberikan dengan setengah hati.

    ===

    “Consuetudo altera natura est.”–”Kebiasaan adalah kodrat kedua.”

    [+In Cruce Salus, Pada Salib Ada Keselamatan. Thomas A Kempis, 'de Imitatione Christi' II, 2, 2]

    *> Dari Memoar harian Romo Silvinus Sapomo, CM.
    Seorang imam Katolik, satu dari sekian putera terbaik Republik. Terlahir dan tumbuh dewasa sebagai Putera Dayak Linoh di Sintang, Kalimantan Barat. Saat ini sedang berkarya di tanah misi negara tetangga kita: Papua Nugini (Papua New Guinea).

Komentar Anda

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <strike> <strong>